0
Sebut Soekarno Lahir di Blitar, Jokowi Hattrick Salah Data
Posted by Fachri Setia
on
10.18
JAKARTA (beritatrans.com) – Untuk ketiga kalinya alias hattrick, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan blunder soal data. Pertama soal peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2015, Jokowi menyebut Presiden RI pertama Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur.
Jelas-jelas dalam berbagai catatan sejarah, sang proklamator itu lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dengan nama Koesno Sosrodijardjo. Blitar hanyalah tempat “Putra Sang Fajar” dikebumikan setelah wafat di Jakarta, 20 Juni 1971.
Kesalahan Jokowi itu bak mengingatkan publik lagi akan dua kesalahan data yang sudah lalu, yakni soal penyebutan bahwa Indonesia masih punya utang pada International Monetary Fund (IMF) dan soal Perpres No 39 Tahun 2015 tentang down payment (DP) mobil pejabat.
Hal itu tentu disesalkan banyak pihak, salah satunya dari Asosiasi Sarjana Hukum Tata Negara (ASHTN) Indonesia. Padahal, Presiden Jokowi sudah jadi simbol negara yang semestinya “haram” blunder, terlebih soal data sejarah yang sudah tertulis dengan kentara di berbagai literatur.
“Padahal dalam sistem pemerintahan presidensial, Presiden memiliki kedudukan sangat kuat sebagai pelaku utama penggerak organisasi pemerintahan. Di dalamnya melekat dua kekuasaan, yaitu sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara,” terang Mei Santoso, Peneliti Hukum Konstitusi ASHTN di Jakarta, Kamis (4/6/2015).
“Khusus sebagai kepala negara, dia adalah simbol negara, sehingga wibawa dan kehormatannya harus dijaga karena menjadi representasi negara dan bangsa. Bagaimana jadinya bila Presiden sering salah mengungkapkan data?” tambahnya seperti dilansir okezone.com.
Diberitakan sebelumnya, Jokowi saat memberikan sambutan dalam peringatan hari lahir Pancasila di Alun-Alun Kota Blitar, Jawa Timur pada 1 Juni 2015, menyebut bahwa Blitar selalu membuat hatinya bergetar.
“Setiap kali saya berada di Blitar, kota kelahiran Proklamator kita, Bapak Bangsa kita, Presiden Soekarno, hati saya selalu bergetar,” kata Jokowi, Senin 1 Juni 2015. (aliy)
Sumber
Jelas-jelas dalam berbagai catatan sejarah, sang proklamator itu lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dengan nama Koesno Sosrodijardjo. Blitar hanyalah tempat “Putra Sang Fajar” dikebumikan setelah wafat di Jakarta, 20 Juni 1971.
Kesalahan Jokowi itu bak mengingatkan publik lagi akan dua kesalahan data yang sudah lalu, yakni soal penyebutan bahwa Indonesia masih punya utang pada International Monetary Fund (IMF) dan soal Perpres No 39 Tahun 2015 tentang down payment (DP) mobil pejabat.
Hal itu tentu disesalkan banyak pihak, salah satunya dari Asosiasi Sarjana Hukum Tata Negara (ASHTN) Indonesia. Padahal, Presiden Jokowi sudah jadi simbol negara yang semestinya “haram” blunder, terlebih soal data sejarah yang sudah tertulis dengan kentara di berbagai literatur.
“Padahal dalam sistem pemerintahan presidensial, Presiden memiliki kedudukan sangat kuat sebagai pelaku utama penggerak organisasi pemerintahan. Di dalamnya melekat dua kekuasaan, yaitu sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara,” terang Mei Santoso, Peneliti Hukum Konstitusi ASHTN di Jakarta, Kamis (4/6/2015).
“Khusus sebagai kepala negara, dia adalah simbol negara, sehingga wibawa dan kehormatannya harus dijaga karena menjadi representasi negara dan bangsa. Bagaimana jadinya bila Presiden sering salah mengungkapkan data?” tambahnya seperti dilansir okezone.com.
Diberitakan sebelumnya, Jokowi saat memberikan sambutan dalam peringatan hari lahir Pancasila di Alun-Alun Kota Blitar, Jawa Timur pada 1 Juni 2015, menyebut bahwa Blitar selalu membuat hatinya bergetar.
“Setiap kali saya berada di Blitar, kota kelahiran Proklamator kita, Bapak Bangsa kita, Presiden Soekarno, hati saya selalu bergetar,” kata Jokowi, Senin 1 Juni 2015. (aliy)
Sumber
Posting Komentar